Mengenal Sosok Laksamana Malayahati

Oleh : Ermi Thaher

Perayaan Kemerdekaan yang rutin di adakan bangsa Indonesia pada 17 Agustus ini tak lepas dari peran besar para pejuang dalam upaya mengusir penjajah yang bercokol di bumi Nusantara sejak 350 tahun silam.
Adalah Malahayati pada tahun 1500-an,
Ia merupakan wanita asli Aceh yang lahir pada tanggal 1 Januari 1550 lampau dan menjadi satu di antara beberapa singa betina dari Tanah Rencong.
Malahayati adalah cicit dari Sultan Salahuddin Syah,raja kedua di Kesultanan Aceh yang memerintah pada tahun 1530 sampai 1539.
Masa kecil dan remaja Malahayati dihabiskan di lingkungan istana,termasuk mengikuti akademi militer angkatan laut kesultanan bernama Mahad Baitul Maqdis.
Saat berusia 35 tahun Malahayati dipercaya menjabat Kepala Barisan Pengawal Istana Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah semasa Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil memerintah.
Kisah Malahayati menceritakan kebangkitan seorang pejuang wanita di angkatan laut. Aceh kala itu sedang berduka atas kematian ayah dan suami Malahayati serta banyak lagi kaum lelaki dalam pertempuran dengan Penjajah.
Ia bertekad untuk menuntut balas dan meneruskan perjuangan sang suami dengan membentuk Inong Balee, laskar perang berkekuatan 2.000 personel yang seluruh prajuritnya adalah perempuan yg di tinggal mati oleh suami mereka karena perang.
Inong Balee adalah pasukan yang ditakuti oleh musuh di perairan pesisir Aceh Besar serta Selat Malaka.
Laksamana Malahayati dan pasukannya bertugas melindungi pelabuhan pelabuhan dagang di Aceh. Pada tanggal 21 Juni 1599, Laksamana Malahayati berhadapan dengan kapal Belanda yang mencoba memaksakan kehendaknya. Laksamana Malahayati dan pasukannya tentu saja tidak dapat menerimanya. Mereka mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa itu Cornelis de Houtman tewas di tangan Malahayati dengan senjata rencong di tangan.
Dalam pertempuran itu beberapa pejabat Belanda banyak yang tewas.
Frederick de Houtman, wakil komandan armada Belanda, ditangkap oleh pihak aceh.
Frederick kemudian di penjarakan oleh pihak aceh.
Belanda berniat mengadakan perundingan dengan pihak aceh,dan Malahayati lah yang di tunjuk oleh Sultan Aceh saat itu.
Malahayati bukan hanya handal dalam berperang tetapi juga hebat dalam berunding.
Perundingan yang adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi dan juga harus meminta maaf kepada Kesultanan Aceh.

Laksamana Malahayati meninggal dunia pada tahun 1615. Makamnya terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Untuk mengenang jasa-jasa beliau
Pada tahun 2017 Laksamana Malahayati di nobatkan oleh Presiden Republik Indonesia menjadi Pahlawan Nasional.

Artikel Lainnya


Lihat Semua

Jadwal Sholat