Hari Pahlawan ( Sosok Panglima Besar Jendral Sudirman )

Kisah Jendral sudirman

Masa kecil

Sudirman kecil adalah bagian dari masa ketika belajar agama di surau merupakan hal yang digemari anak-anak. Ia kerap berangkat mengaji selepas magrib bersama adiknya, Moh. Samingan, di surau dekat rumah di Kampung Manggisan, Cilacap. Ia mempelajari al-Quran, membiasakan diri ibadah salat, dan mengumandangkan adzan di bawah didikan KH. Qahar. Pelajaran dan kesadaran agama juga ia dapatkan dari guru-guru agamanya di sekolah, seperti Saidun dan R. Moh. Kholil Marto Saputro. Masa-masa inilah yang mempengaruhi kesalehan ritual Sudirman di kemudian hari.

Lama berproses di Muhammadiyah menjadikan Sudirman sosok yang memahami Islam cukup dalam. Ditambah keterampilan berbicara di depan umum yang ia dapat sejak sekolah, dan lebih-lebih di Muhammadiyah, Sudirman kerap memberikan ceramah-ceramah keagamaan dan menjadi seorang mubaligh. Menariknya, kebanyakan materi dakwah yang dibawakannya bukanlah persoalan fiqh yang sarat khilafiyah, melainkan materi seputar ajaran tauhid dan kesadaran kebangsaan. Sudirman mampu membaca kondisi umat yang perilakunya jauh dari prinsip tauhid, serta dikungkung kesadarannya oleh penjajahan.

Atsar Kesalehan dalam Perjuangan

Betapa kesalehan yang dimiliki Sudirman bukan hanya persoalan ritual, tetapi juga terwujud menjadi kesalehan sosial. Hal itu tercermin pada bagaimana ajaran Islam menjiwai laku kehidupan sehari-hari Sudirman dan perjuangannya melawan penjajahan. Atsar atau jejak dari penghayatan Sudirman terhadap ajaran Islam yang mempengaruhi perjuangan misalnya adalah ajaran tauhid. Tauhid mendoktrin umat Islam untuk tunduk hanya kepada Allah Swt. sehingga tidak ada alasan bagi Sudirman untuk tunduk kepada penjajah, yang ditunjukkan dengan tidak pernah sekalipun Sudirman melakukan kompromi dengan pihak penjajah.

Artikel Lainnya


Lihat Semua

Jadwal Sholat